Sambal Tumpang: Sebuah Warisan Kuliner Nusantara yang Berada di Ambang Kepunahan

Bookmark and Share
Entah siapa yang menamai menu kuliner yang berbahan utama tempe (kedelai yang diberi ragi) ini. Pun belum dapat dipastikan apa yang dijadikan latar belakang hingga sajian kuliner ini disebut sambal tumpang. Sambal tumpang adalah menu masakan yang diolah dari tempe, santan dan berbagai bumbu yang dikukus sebelum dimasak. Beberapa orang mengklaim bahwa sambal tumpang adalah sajian kuliner khas satu daerah. Sebagian orang di daerah lain lagi mengakui bahwa sambal tumpang adalah sajian khas daerahnya.

Sementara itu, ada juga sebagian orang yang mengklaim bahwa sambal tumpang adalah kuliner khas Kediri, Jawa Timur. Ini dikait-kaitkan dengan sebuah jalan yang punya nama sama persis dengan nama sajian kuliner tersebut. Yaitu, Jalan Lebak Tumpang, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Tapi, hal itu tidak dasarkan pada referensi yang dapat dipercaya serta objektif.

Fenomena lain, lantaran ada segelintir warung makan yang menyajikan menu sambal tumpang di Boyolali, lalu sebagian orang daerah setempat menyebut-nyebut bahwa menu kuliner ini adalah masakan khas daerah mereka. Hal yang sama juga berlaku di Solo dan Semarang. Sebagian masyarakat dari kedua daerah tersebut mengklaim bahwa sambal tumpang adalah sajian kuliner khas daerah masing-masing.

Nah, bila sudah demikian, lalu siapa sebenarnya pencipta sajian kuliner sambal tumpang ini? Begitu juga dengan atas latar belakang apa menu ini sampai diberi nama sambal tumpang? Tak akan pernah terjawab dengan pasti. Toh, jawaban dari satu pihak akan mendapatkan tentangan dari pihak lain yang merasa punya hubungan erat dengan sajian kuliner ini.

Agar tak terlalu "menyakiti" berbagai pihak, sebut saja sambal tumpang adalah masakan khas masyarakat pulau Jawa bagian tengah dan timur. Toh, mereka yang saling mengklaim masakan ini berasal dari kedua bagian pulau Jawa. Jadi, bisa juga disepakati bahwa sambal tumpang adalah warisan kuliner khas nusantara (Indonesia).

Tapi sayangnya, lambat laun sambal tumpang mulai dilupakan. Meski ada beberapa warung makan di Kediri, Solo, Boyolali dan Semarang, yang menjajakan sambal tumpang, tapi populasi warung semacam itu tak pernah bertambah. Bahkan, ada beberapa warung yang harus tutup, lantaran bangkrut karena sepi pembeli atau pemiliknya telah tutup usia, sementara keturunannya tak ada yang mau atau bisa meneruskan usaha tersebut sebab tak mengerti cara memasak sambal tumpang. Keberadaan warung-warung makan seperti itu seolah tertutup distrik makan yang menawarkan menu modern yang tampil begitu genit menggoda selera. Seperti, pizza, burger, fried chicken, steak, kebab hingga gulai bustaman yang selalu berusaha tampil up to date menyapa pembeli.

Sementara itu, di era modern seperti sekarang ini, tak banyak remaja yang bisa memasak sambal tumpang. Apalagi memasak, bumbu yang dipakai untuk membuat sambal tumpang saja, mungkin mereka tidak tahu. Atau, mungkin juga mereka malah belum pernah mendengar ada sebuah makanan yang bernama sambal tumpung. Yang begitu melekat di benak mereka hanya pizza, burger, fried chicken, susi, shabu-shabu, kebab, karena itu sejumlah menu kuliner itu yang dia sering dengar dari orang tuanya. Bisa jadi hanya segelintir remaja Indonesia saja yang masih tahu tentang sambal tumpang.

Sambal tumpang menyimpan cita rasa yang unik. Tempe yang digunakan bukan sekadar tempe, melain tempe yang sengaja dibuat hampir busuk (semangit, begitu masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur biasa menyebutnya). Aroma dan cita rasa tempe semangit begitu menyengat. Dibalut dengan rempah, beragam sayuran serta santan, rasanya begitu nikmat. Sebenarnya, sambal tumpang ini adalah warisan kuliner nusantara yang memiliki sensasi cita rasa kuat.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar