Walau masih belum jelas mengapa sebabnya, menguap dapat menular dari seseorang ke orang lain. ternyata tak hanya menguap saja yang dapat menular, tetapi perilaku menggaruk-garuk juga. Walau tak merasa gatal, ada beberapa orang yang ikut menggaruk saat melihat orang lain menggaruk badan.
Seorang peneliti bernama dr Henning Holle dibantu tim dari University of Sussex berhasil mengenali area otak yang bertanggung jawab atas penularan sensasi gatal, serta mengapa ada beberapa orang yang lebih rentan tertular menggaruk badan ketimbang orang lain.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa sifat menular dari sensasi gatal merupakan dampak dari empati. Artinya, orang-orang cenderung meniru perilaku orang lain sebagai bentuk ikatan sosial. Namun Holle dan timnya menemukan bahwa perilaku menggaruk yang menular lebih berkaitan dengan neurotisisme atau kecenderungan memiliki emosi negatif.
Holle dan timnya meminta 51 orang peserta mengisi kuesioner kepribadian lalu meminta para peserta menjalani scan otak MRI sambil melihat video orang yang menggaruk atau menekan bagian lengan atau dada. Hasilnya menemukan bahwa gatal-gatal menular pada sekitar dua pertiga dari peserta.
Dalam laporan yang dimuat Proceeding National Academy of Sciences, peneliti menemukan bahwa perilaku menggaruk lebih menular di kalangan orang yang memiliki tingkat neurotisisme tinggi, bukan disebabkan karena rasa empati. Orang dengan sifat neurotisisme tinggi cenderung mudah marah, gampang cemas dan rentan stres.
"Hampir semua orang merasa ada dorongan untuk menggaruk ketika melihat orang lain menggaruk badan, tapi tak seorang pun benar-benar tahu mengapa. Orang yang sangat neurotik dikenal sangat reaktif dan rentan terhadap stres. Kami menemukan bahwa peserta dengan skor neurotisisme tinggi lebih mudah 'terinfeksi' oleh gatal menular," kata Holle seperti dilansir Medical Daily, Senin (19/11/2012).
Hasil scan otak menunjukkan bahwa menonton orang lain menggaruk badan memicu aktivitas otak di daerah lobus anterior insular, somatosensori primer dan korteks prefrontal-premotor. Holle mengatakan bahwa aktifnya daerah ini menunjukkan bahwa ketika menonton seseorang menggaruk badan, otak berpikir bahwa tubuhnya juga mengalami gatal.
"Hubungan yang diamati antara aktivitas di korteks prefrontal dan neurotisisme mencerminkan bahwa peserta yang secara emosional lebih stabil dan memiliki skor neurotisisme rendah kurang rentan terhadap penularan gatal. Hal itu karena ia lebih mampu menahan sensasi gatal yang timbul akibat mengamati orang yang menggaruk badannya sendiri," pungkas Holle.
Seorang peneliti bernama dr Henning Holle dibantu tim dari University of Sussex berhasil mengenali area otak yang bertanggung jawab atas penularan sensasi gatal, serta mengapa ada beberapa orang yang lebih rentan tertular menggaruk badan ketimbang orang lain.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa sifat menular dari sensasi gatal merupakan dampak dari empati. Artinya, orang-orang cenderung meniru perilaku orang lain sebagai bentuk ikatan sosial. Namun Holle dan timnya menemukan bahwa perilaku menggaruk yang menular lebih berkaitan dengan neurotisisme atau kecenderungan memiliki emosi negatif.
Holle dan timnya meminta 51 orang peserta mengisi kuesioner kepribadian lalu meminta para peserta menjalani scan otak MRI sambil melihat video orang yang menggaruk atau menekan bagian lengan atau dada. Hasilnya menemukan bahwa gatal-gatal menular pada sekitar dua pertiga dari peserta.
Dalam laporan yang dimuat Proceeding National Academy of Sciences, peneliti menemukan bahwa perilaku menggaruk lebih menular di kalangan orang yang memiliki tingkat neurotisisme tinggi, bukan disebabkan karena rasa empati. Orang dengan sifat neurotisisme tinggi cenderung mudah marah, gampang cemas dan rentan stres.
"Hampir semua orang merasa ada dorongan untuk menggaruk ketika melihat orang lain menggaruk badan, tapi tak seorang pun benar-benar tahu mengapa. Orang yang sangat neurotik dikenal sangat reaktif dan rentan terhadap stres. Kami menemukan bahwa peserta dengan skor neurotisisme tinggi lebih mudah 'terinfeksi' oleh gatal menular," kata Holle seperti dilansir Medical Daily, Senin (19/11/2012).
Hasil scan otak menunjukkan bahwa menonton orang lain menggaruk badan memicu aktivitas otak di daerah lobus anterior insular, somatosensori primer dan korteks prefrontal-premotor. Holle mengatakan bahwa aktifnya daerah ini menunjukkan bahwa ketika menonton seseorang menggaruk badan, otak berpikir bahwa tubuhnya juga mengalami gatal.
"Hubungan yang diamati antara aktivitas di korteks prefrontal dan neurotisisme mencerminkan bahwa peserta yang secara emosional lebih stabil dan memiliki skor neurotisisme rendah kurang rentan terhadap penularan gatal. Hal itu karena ia lebih mampu menahan sensasi gatal yang timbul akibat mengamati orang yang menggaruk badannya sendiri," pungkas Holle.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar